RAHASIA
CINTA
“Tet,
Tet, Tet...!!!”
Bel
istirahat 5 menit lagi. Suasana kelas yang masih sepi. Semua siswa keluar untuk
beristirahat. Entah ke kantin, koperasi, ataupun ke ruang guru mengumpulkan
tugas. Tak ada satu orang pun di kelas kecuali aku. Lagi-lagi
aku termenung. Kini Syla yang ada fikirkanku. Dia yang
diam-diam kucintai, dia yang membuatku gilla, dia yang menjadikanku kaya gini.
“Dor!!!”
suara Arum mengagetkanku.
“Astagrifullah
Arum!” rasa kesal terpancar dari
wajahku. Aku sangat marah jika ada yang menggangguku saat ku sendiri.
“Kenapa
lu ko ngelamun gitu, sendirian di kelas lagi?”tanya Arum. “Gak papa Rum lagi
males keluar kelas,” jawabku.
“Tet,
tet” bel istirahat telah selesai. Lantas Arum berjalan ke bangkunya. Ibu guru
pun masuk dengan membawa buku-buku Bahasa Indonesia milik muridnya. Bu guru
memulai pelajarannya. Tetapi aku masih saja tak bisa konsentrasi mengikuti
pelajaran. Hingga bel pulang berbunyi aku melihat seorang perempuan sudah
menunggu didepan kelasku. Ya. Dia adalah Syla salah satu sahabatku. Aku
mempunyai 3 orang sahabat sejati Syla, Arum, dan Yudha. Arum perempuan cantik,
tinggi, dan digandrungi laki-laki. Yudha laki-laki bertubuh tinggi, pintar
Akuntasi, ganteng, tapi pendiam. Syla perempuan sangat cantik, berhijab sar’i,
tinggi, baik. Dan aku laki-laki pendek, muka pas-pasan, bertubuh ideal, item
lagi, tapi semua siswa perempuan terpesona denganku kecuali Syla, banyak yang
nge-fans padaku. Dari masuk SMA sudah berteman cukup baik. Bahkan kemana-mana
selalu bersama. Di hukum bareng karena terlambat, tak menggumpulkan tugas, dan
lainnya. Persahabatan kami terpisahkan sejak penjurusan kelas. Aku dan Arum
kelas XI IPA 5, Syla kelas XI IPS 1 dan Yudha kelas XI IPS 4. Hari-hari kami
berubah. Dulunya kemana-mana ber-empat tapi sekarang Cuma berdua, Aku dan Arum
saja. Ini karena kelas kami yang berjauhan dan dengan faktor kesibukan masing
masing.
“Indra
ayo pulang?” ujar Syla duduk samping pintu. Aku lantas merapikan buku-bukuku
dan memasukannya kedalam tas. Aku berjalan keluar menghampiri Syla. Lantas Syla
pun berdiri dan kami berdua jalan keparkiran bersama. Ya. Syla Memboncengku
dari kelas X. Akhirnya sampai di pakiran siswa. Aku langsung menghidupkan mesin
sepeda motorku. Syla menaiki dan mulai jalan pulang. Rumah Syla memang lebih
jauh dari rumahku tapi tak apalah hanya berbeda 2 km saja. Rumah warna putih
dengan desain sederhana telah terlihat. Lantas aku menurunkan laju kendaraanku.
Syla turun dari motorku dan berpamitan “Terima kasih Indra, hati-hati ya” ujar
Syla sambil tersenyum kecil. Dan aku menjawabnya “iya sama-sama”. Aku bergegas
pulang meninggalkan rumah Syla. Sampai di rumah aku melihat Ibu sedang duduk
menonton Tv kesukaannya. Dengan muka kusam dan lelah Aku bersalaman dengannya
dan masuk kekamar tanpa bicara sedikit pun.
“Bruuuukkk....”
Aku
merobohkan badanku di kasur. Sambil menatap kelangit-langit. Mengapa baru ini
aku mencintai Syla? Kenapa tidak dari kelas X saja?. Ya. Aku mulai menyukai
Syla. Mungkin karena sebagian hari-hariku bersama Syla. Rasa cintaku mulai tumbuh
saat kelas XI tepatnya waktu dia mengenakan kerudung putih yang sangat lebar.
Aku terpesona melihat kecantikannya. Saat itu aku memandangnya tanpa berkedip.
Sejak itu aku diam-diam menyukainya. Saat dia berdekatkan dengan laki-laki lagi
aku merasa cemburu. Bahkan dengan Yudha sahabatku sendiri pun iya. Walau sering
kami berempat berdekat-dekatan tapi tak apa-apa. Dan kini rasa cermburu sering
timbul. Kadang aku merasa sakit hati saat Syla bergurau dengan teman-teman.
Mungkin karena sekarang jarang bergurau denganku. Bahkan setiap hari aku
merasakan betapa sakitnya digituin. Mungkin Syla mengerti tentang perasaanku.
Tapi rasa cintaku kupendam hingga kini.
“Tok tok tok” suara ketukan pintu
membuatku terbangun dari lamunanku.
“masuk” ujarku. Krreeeekk!
“masuk” ujarku. Krreeeekk!
“Nak, makan dulu yuk! Kamu belum makan siang,
mama sudah siapin makanan kesukaan kamu” ajak mama dengan nada lembut. “nggak
ah ma” meniarapkan tubuhku di kasur dan menyembunyikan kepalaku di bawah
bantal.
“Aku ngantuk! Aku tidur dulu ya ma…”
“Ya sudah, jangan lupa pakai
selimutnya” saran mama. Aku hanya mangut-mangut membalasnya.
Aku tak mau tidur. Aku sebenarnya tak bisa tidur. Aku tak bisa melupakan dia. Aku hanya beralasan kepada mama seperti itu karena aku tak ingin melakukan apapun kecuali satu. Berfikir.
Aku tak mau tidur. Aku sebenarnya tak bisa tidur. Aku tak bisa melupakan dia. Aku hanya beralasan kepada mama seperti itu karena aku tak ingin melakukan apapun kecuali satu. Berfikir.
Tar! Jedyaaaaarrrrrr!!
Suara halilintar membangunkan
lamunanku. Aku terkejut dan menutup telingaku. Aku ambil selimutku dan ku
tutupi seluruh badanku dengan selimut. Tapi setelah aku sadar. Aku bangun dari
tempat tidurku. Aku bangit dari tidurku dan bergegas menuju ke kamar mandi.
Hujan tidak menaklukkan-ku untuk tidak segera mandi. “Sudah bangun nak? Kok
cepet bangun? Biasanya lama kalau tidur?” ujar mama ketika melihatku keluar
dari kamar. “aku nggak bisa tidur ma. Panas!” jawabku sambil berlalu. Mungkin
sebagian anak menganggapku kurang ajar dan durhaka kepada orang tua karna tidak
menjawab pertanyaan orang tua dengan sikap yang baik tetapi sambil berjalan
begitu saja. Hari ini cuaca begitu panas. Mungkin ini efek rasa bimbang yang
kurasakan. Suara tetesan showerku mengiringi suara derasnya hujan. Ternyata
sudah hujan, akhirnya suhu kembali dingin lagi batinku. Keluar dari kamar
mandi, aku bergegas masuk ke kamar. Melewati mama yang sedang menonton Tv
kesukaannya.
“Kring,
kring” mendengar suara dari handphoneku aku langsung kekamar untuk memelihat
isi pesan SMS. Ternyata SMS dari Arum. “Indra nanti malem nonton yuk” isi pesan
SMS dari Arum. Ya. Arum sekarang teman akrabku selain Syla dan Yudha.
Kemana-mana bersama Arum. Bahkan kami Akrab sekali. Mungkin karena itu Arum ada
rasa denganku. Bukan. Arum tak sama sekali membicarakan perasaannya ke aku.
Tapi aku bisa merasakan sendiri. Arum seringkali memberikan perhatian lebih
kepadaku. “Iya Rum, tapi kamu yang bayarin yaa ,,? balasku dengan nada mengejek.
Tak
lama Arum membalasnya lagi. “Iya tenang aja Indra” balasnya. Wah wah Arum
mengganggapnya serius. Niatnya aku bercanda. Lantas aku langsung membalasnya
lagi. “Heh Arum, Aku becanda rum. Balasku.
Sang
raja siang sudah kembali lagi ketempatnya. Kini raja malam mulai menampakan
diri. Adzan Maghrib berkumandang. Aku begegas mengambil wudlu. Setelah itu bergegas ke Musholla dan Shalat. Seraya
berdoa meminta petunjuk dari Allah SWT.
Setelah makan malam bersama keluarga
aku bergegas bersiap diri untuk menemui Arum. Ku datangi rumah Arum yang
jaraknya tak jauh dari rumahku.
“Tok, tok, tok Assalamualaikum.”
Salam dariku. Menunggu cukup lama di depan pintu akhirnya Arum keluar dari
rumahnya. “Waalaikumsalam, jawab Arum sambil membuka pintu.” Maaf ya udah kelamaan
nunggunya. Aku berpamitan kepada Ibunya Arum. “Bu izin keluar sama Arum mau
nonton, boleh bu?” sambil cium tangannya. “iya boleh, jangan malam-malam
pulangnya, hati-hati di jalan nak” ucap Ibunya Arum. “Oke bu siap” jawabku
sambil tersenyum. Lantas kami menuju bioskop langganan.
Melihat gemerlapnya lampu menandakan
sudah sampai. Ngomong-ngomong mau nonton apa? tanyaku kepada Arum. “Relationshit,
jawab Arum tegas.” Film yang disukai remaja-remaja. Wah wah bagus tuh. Kami
berjalan ke arah loket tiket kebeneran ada tempat yang enak. Ditengah-tengah
pastinya. Rupanya kami sudah berada ditempat gelap,dingin. Ya. Kami sudah
didalam ruangan bioskop. Filmnya dimulai. Kami hanya berdua dan mulai menikmati
suguhan filmnya.
Waktu
menunjukan 21.15 WIB. Aku teringat pesan dari Ibunya Arum. Aku menoleh ke wajah
Arum yang sedang keasyikan menonton. “Rum, sudah malam pulang yuk?” ujarku
sambil menatap Arum. “Yaahh, ini lagi seru-serunya Indra, ya udah ayo” jawab
Arum tersenyum. Aku melihat dari mukanya nampak kecewa. Tapi sudah
ketanggungjawabku pulang tak larut malam. Kami keluar dari ruangan gelap
tersebut. Walaupun filmnya masih diputar. Kami bergegas pulang. Sampai
dirumahnya aku langsung pamit pulang.
“Bruukk”.
Ya. Kebiasaan burukku. Aku merebahan badanku. Rasanya enak sekali. Tak sadar
aku tertidur. Adzan Subuh berkumandang. Dengan mata yang masih sepet aku
mencoba membangunkan diri. Sambil berjalan sempoyongan aku menuju kamar mandi
untuk mengambil wudlu. Dan melaksakan Shalat Subuh. Menunggu sang mentari muncul
aku merapikan buku-buku, tas, dan seragam sekolah. Waktu menjunjukan pukul
06.00 WIB. Aku langsung buru-buru mandi setelahnya sarapan. Setelah siap semua
aku bergegas kerumah Arum. Nampaknya Arum sudah bertengger di depan rumah.
“Maaf Rum pasti udah kelamaan nunggu ya?” omongku. “huluh udah kebiasanmu, gak
heran” jawab Arum.
Suasana
kelas masih sepi. Aku menuju tempat dudukku. Arum menghampiriku. “Indra,
sebelumnya maaf aku cuma mau ngomong tentang perasaanku ke kamu.” Ujar Arum. “Emang
ada apa Rum?” tanyaku dengan perasaan campur aduk. “ Indra selama ini aku
menyukaimu, aku memberikan perhatian lebih untukmu, aku sangat menyanyangimu
tapi aku tahu kau tak menyukaiku” ungkap Arum menatapku. Aku terdiam membisu.
Tak tahu harus bagaimana. Yang difikiranku bagaimana dengan Yudha. Ya. Yudha
sangat mencintai Arum sedangkan Arum sangat menyukaiku. Aku harus bagaimana Ya
Allah. Seru ku. Tak mungkin aku melukai perasaan Yudha sahabatku sendiri. Tak
mungkin lagi aku menolak Arum, fikirku. “Gak papa ko Indra aku tahu kamu sangat
menyukai Syla bukan Aku.” Ujar Arum. Aku menandang wajah Arum menahan tangis
seolah-olah tegar menghadapi ini. Aku diam seribu bahasa. Arum menjauhi dan
menuju ketempat duduknya. Aku menghembuskan nafas. Semenjak itu Arum menjauhiku.
Aku merasa tidak enak. Lantas aku beranikan membicarakan semua ini pada Arum.
“Rum tapi gak gini juga, semenjak itu kamu selalu menghindar dariku, kamu rela
persahabatan kita terputus karena cinta?” ungkapku. Arum tak ngomong apapun dan
pergi begitu saja. Melihat reaksi Arum aku termenung. Bagaimana denganku jika
aku menyatakan perasaanku kepada Syla. Aku takut aku akan seperti Arum. Dengan perasaan
campur aduk aku memberanikan diri. Difikiranku tak mungkin aku memendam
perasaanku lama-lama. Aku mengirim SMS ke Syla agar nanti malam aku akan
kerumahnya.
Malam
telah tiba. Aku bersiap-siap memantapkan diri yang akan dibicarakan kepada Syla.
Berdiri didepan rumahnya Syla aku tak berani mengetuk pintu rumahnya. “Krek”
suara pintu rumahnya. aku langsung kaget melihat seorang perempuan yang berada
di pintu. “Eh Indra kenapa gak langsung masuk?” dari tadi yah? Tanya Syla
bertubi-tubi. “Oh ngga ko baru nyampe, di luar aja Syl.” Jawabku deg-degan.
“Syl, aku mau ngomong” ungkapku terbata-bata. “Ngomong aja” jawab Syla polos.
“Syl sebenernya selama ini aku menyukaimu dari mulai kelas XI. Aku memberikan
perhatian lebih untukmu, memberikan kasih sayang padamu, maukah kamu menjadi
pacarku.” Ungkapku berkaca-kaca. Syla kaget mendengar ungkapan dariku. Dia
terdiam. “Kenapa Syl, ko diam?” Tanyaku. Maaf Indra selama ini aku hanya
mengganggapmu sebagai sehabat tidak lebih. “Mungkin kamu tahu aku sangat
menyukai Yudha bukan kamu.” Penjelasan dari Syla. Aku menunduk menahan tangis.
Rasanya sakit sekali mendengarnya. “Ya sudah Syl maaf sudah mengganggumu”
ucapku meninggalkan Syla. Aku menangis didalam kamarku. Sungguh sangat
menyakitkan bagiku. Mungkin ini rahasia cinta antara persabahatan yang
terjalin.
Semenjak
itu semuanya tak saling akur, aku hanya lah akrab dengan Yudha, itu pun jarang
ketemu. Ya. Cinta Segi Empat. Karena cinta persahabatan yang sekian lama
terpecahkan. Aku menyesal dengan semua. Aku mulai mengenang kenangan-kenangan
yang kami lalui bersama. Hanyalah air mata yang keluar dari mataku. Aku mulai
membuka lembaran baru . Mulai belajar menikmati hidup ini dan mengikhlaskannya. □□□